Ibarat warna, kamu adalah merah, dia adalah hijau, dan aku adalah biru,
namun menjadi kita yang adalah putih. Damai karena penuh dengan warna
bukankah itu baik?
Hidup hanya sekali, itu menurutmu, dan hidup juga
akan berulang, itu juga menurutmu. Namun bagiku, berulang maupun
sekali, hidup adalah kehendak-Nya.
Kita semua sama dihadapan-Nya, yaitu
sama-sama manusia yang Ia ciptakan, namun kita selalu
menganggap berbeda karena pemikiran. Sama-sama mempunyai pikiran, namun
berbeda pikir itu adalah aku, kamu dan dia yang menjadi kita. Jika kamu
adalah dia, dan dia adalah kamu, apa yang terpikir olehmu karena
perbedaan yang teramat jauh.
Yang kamu, dia, aku percaya belum tentu
kamu, dia, aku percaya, begitupun sebaliknya yang kamu, dia, aku percaya
belum tentu kamu, dia, aku percaya (Bingung?). Memahami bukankah lebih
baik daripada membenci.